Jumat, 03 April 2015

BAB V pola asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya dan pertumbuhan dan perkembangan batita usia 1-3 tahun.

 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil dan pembahasan tentang
hubungan tumbuh kembang batita dengan pola asuh orang tua di Desa Gula
kecamatan Jombang kabupaten jombang.

5.1 Hasil Penelitian
Pada penyajian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu data umum dan data
khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur,
pekerjaan, jumlah anak, agama, pendidikan dan pendapatan. Data khusus
menampilkan pola asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya dan
pertumbuhan dan perkembangan batita usia 1-3 tahun.
5.1.1  Data umum
1.  Data umum orang tua
 a.  Karakteristik responden menurut umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di
Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.


b.  Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan 
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pekerjaan
responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu ada 29
responden (85%).

c.  Karakteristik responden menurut jumlah anak 
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah
anak di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang
tanggal 10 sampai 25 Maret 2010.


d.  Karakteristik responden menurut pendapatan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan 
di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.


e.  Karakteristik responden menurut pendidikan
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan 
di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.



2.  Data umum batita
a.  Karakteristik responden menurut umur
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur  di
Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.


b.  Karakteristik responden menurut jenis kelamin
Tabel 5.7 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di
Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.

5.1.2  Data Khusus
1.  Data khusus pola asuh
1)  Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola asuh
Table 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola asuh
orang tua  di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang
tanggal 10 sampai 25 Maret 2010.


2.  Data khusus pertumbuhan dan perkembangan
Pada bagian data khusus ini akan disajikan data hasil penelitian
tentang hubungan pola asuh orang tua dengan pertumbuhan dan
perkembangan batita usia 1-3 di Desa Gula kecamatan Jombang
kabupaten jombang.
1)  Distribusi frekuensi pertumbuhan fisik batita usia 1-3 tahun
 Table 5.9 Distribusi frekuensi pertumbuhan fisik batita usia 1-3
tahun di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang
tanggal 10 sampai 25 Maret 2010.

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan pertumbuhan fisik batita
usia 1-3 tahun sebagian besar pertumbuhan fisik normal sekitar 21
batita (61%).
 
2)  Distribusi frekuensi perkembangan batita usia 1-3 tahun
Table 5.10 Distribusi frekuensi perkembangan batita usia 1-3
tahun di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang
tanggal 10 sampai 25 Maret 2010.


3)  Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan pola asuh
dengan pertumbuhan fisik batita usia 1-3 tahun
Table 5.11 Distribusi frekuensi hubungan pola asuh  dengan
pertumbuhan fisik batita usia 1-3 tahun di Desa
Gula kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10
sampai 25 Maret 2010.

pada tabel 5.11 dapat diketahui sebagaian besar adalah pola
asuh otoriter dengan pertumbuhan batita yang normal 36%. Ada
terdapat pola asuh demokratis pertumbuhan gemuk 3%.

4)  Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan pola asuh
dengan perkembangan batita usia 1-3 tahun.
Table 5.12 Distribusi frekuensi hubungan pola asuh  dengan
perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa Gula
kec. Jombang Kab. Jombang tanggal 10 sampai 25
Maret 2010.



5.2 Pembahasan 
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian
yang disesuaikan dengan teori yang ada. Setelah melihat hasil penelitian,
maka dapat dilihat apakah ada kesenjangan atau tidak antara teori yang ada
dengan kenyataan di lapangan mengenai hubungan pola asuh dengan
pertumbuhan dan perkembangan batita usia 1-3 tahun, maka akan diuraikan
pembahasannya sebagai berikut.
5.2.1  Pola asuh orang tua 
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui lebih dari setengah
responden menerapkan pola asuh otoriter dapat disebabkan karena faktor
pendidikan. Rata – rata disini responden yang memiliki pola asuh otoriter 42

juga memiliki pendidikan menengah (56%), dapat dijelaskan bahwa
seseorang yang memiliki pendidikan menengah, mendapatkan informasi
yang kurang dibandingkan dengan yang berpendidikan  perguruan tinggi.
Mereka  yang memiliki pendidikan tinggi lebih mengerti bagaimana
menyaring informasi yang baik dan tidak baik sehingga informasi yang
baik itu yang nantinya akan diterapkan dalam pengasuhan anak – anaknya.
Hal tersebut sesuai dengan teori Mac Coby & Mc Loby (dalam Okta Sofia,
2009) pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa dan latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pola
pikir orang tua baik formal maupun non formal kemudian juga
berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh yang lain selain pendidikan
yaitu jumlah anak. Berdasarkan tabel 5.3 sebagian besar responden
memiliki jumlah anak dua yaitu ada 12 responden (35%). Rata – rata orang
yang jumlah anaknya dua dan kebanyakan memiliki pola asuh otoriter, hal
ini disebabkan karena semakin  banyak anak maka orang tua dalam
mengasuh anak akan terbagi dengan anak yang lain. Hal tersebut sesuai
dengan teori Mac Coby & Mc Loby (dalam Okta Sofia, 2009) menjelaskan
bahwa semakin banyak jumlah anak dalam sebuah keluarga maka ada
kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu menerapkan pola asuh secara
maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak
yang satu dengan yang lainnya. Adapun faktor lain yang mempengaruhi
pola asuh selain faktor – faktor yang telah disebutkan diatas yaitu karena
nilai-nilai agama yang dianut oleh orang tua.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh
diantaranya adalah sosial ekonomi, pendidikan, nilai – nilai agama yang
dianut orang tua, kepribadian dan jumlah anak. Menurut pendapat
Baumrind (1967) pola asuh yang baik itu adalah pola asuh demokratis,
akan tetapi dilihat dari situasi dan kondisi pola asuh demokratis itu sendiri
masih belum bisa diterima oleh masyarakat bahwa pola asuh itu
merupakan pola asuh yang baik.  43

5.2.2  Perkembangan dan pertumbuhan batita usia 1-3 tahun
1.  Pertumbuhan 
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan pertumbuhan fisik batita
usia 1-3 tahun pertumbuhan fisik normal lebih dari setenga sekitar 21
batita (61%) dari 34 batita yang ada di Desa Gula kec. Jombang Kab.
Jombang. Pada tabel 5.10 menunjukkan pertumbuhan normal dari
penerapan pola asuh paling banyak yaitu 12 batita. Pertumbuhan batita
sangat dipengaruhi oleh rasa perhatian orang tua dan pemenuhan
nutrisi yang cukup terhadap anaknya, karena dengan  perhatian dan
kebutuhan yang cukup maka anak akan semakin baik dalam
pertumbuhannya.
Pemberian nutrisi yang secara mencukupi pada batita harus
sudah dimulai sejak dalam kandungan yaitu dengan pemberian nutrisi
yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan
pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai
bayi berumur 4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan, sudah waktunya
bayi diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan
makanan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang
mulai maningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa
ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,
terutama pertumbuhan otak (Nursalam, dkk, 2005).
2.  Perkembangan
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan perkembangan batita usia 1-
3 tahun yang perkembangan normal dan abnormal mempunyai
prosentase yang sama yaitu 35%, dengan frekuensi masing - masing
12 batita yang ada di Desa Gula kec. Jombang Kab. Jombang.
Perkembangan batita dipengaruhi oleh stimulasi orang tua dan
lingkungan pengasuhan. Stimulasi yang terarah dari  orang tua dan
besarnya perhatian dari orang tua kepada anaknya dalam
perkembangan anak karena bimbingan, perhatian dan stimulasi yang
baik akan mempercepat dan mengoptimalkan perkembangan batita. 44

Hal tersebut sesuai dengan teori Nursalam (2005) kebutuhan
dasar perkembangan yaitu Asah (kebutuhan stimulasi). Stimulasi
adalah adanya rangsangan dari lingkungan luar batita, yang berupa
latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang amat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan batita.  Batita yang
banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan batita yang kurang mendapatkan  stimulasi.
Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak  masa prenatal,
dan setelah lahir dengan cara meletakkan bayi kepada ibunya sedini
mungkin. Asah merupakan kebutuhan perkembangan mental
psikososial batita yang dapat dilakukan dengan panduan dan
pelatihan.
5.2.3  Hubungan pola asuh dengan pertumbuhan dan perkembangan batita usia
1-3 tahun.
1.  Pola asuh dengan pertumbuhan
pada tabel 5.10 dapat diketahui sebagaian besar adalah pola asuh
otoriter dengan pertumbuhan batita yang normal 36%. Dari pola asuh
otoriter dapat menimbulkan pertumbuhan yang baik. Itu dikarenakan
pola asuh otoriter sangat mendisiplinkan untuk pemenuhan kebutuhan
gizi/nutrisi. Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi
yaitu dari ekonomi orang tua. Berdasarkan tabel 5.4 sebagian besar
responden memiliki pola asuh otoriter memeiliki pendapatan menegah
yaitu ada 18 responden. Dari ekonomi menengah akan bisa memenuhi
kebutuhan nutrisi sesuai yang dibutuhkan oleh batita. Pemberian
nutrisi yang secara mencukupi pada batita harus sudah dimulai sejak
dalam kandungan yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup
memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian
ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai bayi berumur
4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan, sudah waktunya bayi diberikan
makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian
makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makanan yang
baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai maningkat 45

pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,  terutama
pertumbuhan otak (Nursalam, dkk, 2005).
Faktor yang mempengaruhi pemberian nutrisi selian faktor ekonomi
yaitu faktotr pendidikan, responden yang memiliki pola asuh otoriter
memiliki pendidikan menengah, seseorang yang memiliki pendidikan
menengah, sudah mendapatkan informasi yang baik tentang cara
untuk membrikan makanan kepada anaknya. Hal tersebut sesuai
dengan teori Mac Coby & Mc Loby (dalam Okta Sofia,  2009)
pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar  ia menjadi
dewasa dan latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi
pola pikir orang tua baik formal maupun non formal  kemudian juga
berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada anaknya. 
Ada juga terdapat pola asuh demokratis pertumbuhan  gemuk
3%. Hal ini dikarenakan orang tua yang kurang memberi perhatian
dan kurang memantau pemberian gizi  batita karena orang tua yang
bekerja. Faktor yang mempegaruhi pertumbuhan adalah salah satunya
faktor ibu bekerja, perhatian yang kurang pada saat ibu bekerja. Hal
ini sesuai dengan teori satyanegara (2004), dengan  perhatian yang
cukup  anak akan tumbuh dengan baik.
Dari data hasil penelitian bahwa ada Hubungan pola  asuh
dengan pertumbuhan batita usia 1-3 tahun sesuai dengan uji statistik
dengan menggunakan Spearman Rang  Test untuk pola asuh dengan
pertumbuhan dengan hasil p = 0.001  dan jika p > 0.05. Jadi dari hasil
penelitian dapat di simpulkan bahwa penerapan pola  asuh
mempengaruhi perkembangan batita usia 1-3 tahun di  Desa Plandi
kec. Jombang Kab. Jombang. Dan banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan antara lain : Perawatan kesehatan dasar, pakaian,
perumahan, higiene diri dan lingkungan, kesegaran jasmani (olahraga
dan rekreasi).


2.  Pola asuh dengan perkembangan
pada tabel 5.11 dapat diketahui sebagai besar adalah pola asuh
otoriter dengan perkembangan abnormal 11 baita. Dalam melakukan
aktifitasnya anak perlu dukungan dari lingkungan dan ikatan
emosional dan kasih sayang yang erat antara ibu atau orang tua
dengan anak sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan
serta merangasang anak dikemudian hari, merangsang perkembangan
otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar. Anak
perlu diberikan kesempatan berkembang sesuai dengan kemampuan
dan sifat bawaannya, tidak ada tempatnya jika orang tua memaksakan
keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan
kemampuan anak karena orang tua seharusnya adalah hanya
memberikan stimulasi dan memberikan panduan yang tekun dan
terarah. Hal tersebut sesuai dengan teori Baumrind, 1967 (dikutip oleh
Ira, 2006). Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang,
suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik
diri. Kunci utama yang mempengaruhi perkembangan anak adalah
besarnya tekanan dalam kehidupan keluarga, sikap keluarga pada
orang tua dan kualitas perawatan anak pada orang tua. Rasa interaksi
yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman
bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka  yang
memiliki pendidikan tinggi juga mengerti bagaimana  menyaring
informasi yang baik dan tidak baik sehingga informasi yang baik itu
yang nantinya akan diturunkan kepada anak – anaknya. Anak akan
mendapatkan pola asuh yang baik dari orang tuanya yaitu dengan pola
asuh demokratis sehingga anak akan bersikap lebih baik.
Dari hasil penelitian terdapat pola asuh demokratis yang
mempunyai perkembangan abnormal yaitu 3%. Hal itu dapat terjadi
karena ibu yang bekerja, sehingga waktu yang diberikan untuk
memperhatikan batita menjadi berkurang saat ibu bekerja. Walaupun
pengasuhan dapat digantikan akan tetapi tidaklah sama, yaitu dari 47

pendidikan pengasuh lebih rendah dari orang tuanya  dan ikatan
emosianal. Ini berarti anak yang mendapatkan stimulasi dan perhatian
dari orang tua akan mempercepat atau mengoptimalkan perkembangan
anak. Perkembangan seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh
hasil interaksi antar faktor gentik, herediter dan  konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberi pengaruh yang
positif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas
kebutuhan dasar tertentu. Hal tersebut sesuai dengan teori
Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu asu (kebutuhan fisik biomedis), asih (kebuthan
emosi dan kasih sayang) dan asah (kebutuhan stimulasi). Kebutuhan
yang meliputi nutrisi, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan,
hygiene diri dan kesegaran jasmani. Pada kebutuhan  asih meliputi
kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan,
mandiri, rasa memiliki dan kebutuhan akan sukses, mendapat
kesempatan dan pengalaman. Sedangkan kebutuhan asah meliputi
stimulasi.
Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada
Hubungan pola asuh dengan perkembangan batita usia  1-3 tahun
sesuai dengan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rang  Test
untuk pola asuh dengan perkembangan dengan hasil p = 0. 037 dan
jika p > 0.05 maka H1 diterima.
Jadi dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa penerapan
pola asuh mempengaruhi perkembangan batita usia 1-3 tahun di Desa
Plandi kec. Jombang Kab. Jombang. Dan banyak faktor yang
mempengaruhi antara lain : Faktor internal yaitu keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan kromosom, faktor eksternal yaitu riwayat kelahiran,
gizi, penyakit kronis/kelainan congenital, lingkungan fisik, sosial
ekonomi, lingkungan pengasuhan, obat-obatan, dan juga stimulasi dari
orang tua yang terarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar