Kamis, 02 April 2015

BAB II pola asuh orang tua yang diterapkan pada anaknya dan pertumbuhan dan perkembangan batita usia 1-3 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep dasar pola asuh
Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh
berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk
atau sistem dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari
terminologi, pola asuh anak adalah suatu pola atau sistem yang diterapkan
dalam menjaga, merawat dan mendidik seorang anak yang bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak
dari segi negatif atau positif (Abdul Ghofur, 2009).
Semasa kecil anak akan hidup dalam suatu lingkungan yang
terorganisir dalam arti anak sudah disiapkan oleh orang tua untuk menerima
pembatasan tingkah laku. Adanya disiplin yang baik  dari orang tua
memungkinkan anak tercegah mara bahaya. Dalam keluarga anak diajarkan
untuk mandiri, kreatif dan bertindak dalam lingkungan yang aman (Riyadi,
2009). 
2.1.1  Tipe pola asuh adalah :
1.  Pola asuh demokratif, memiliki ciri – ciri seperti yang dikemukakan
oleh beberapa ahli dibawah ini :
a)  Baumrind & Black (1986), dari hasil penelitiannya menemukan
bahwa teknik – teknik pola asuh ini baik untuk orang tua. Pola
asuh orang tua yang demokratis akan menumbuhkan keyakinan
dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan – tindakan
mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya
tingkah laku mandiri yan bertanggung jawab.
b)  Stewart dan Koch (1983) menyatakan ciri – cirinya adalah :
a.  Bahwa orang tua yang demokratis memandang sama
kewajiban dan  hak antara orang tua dan anak.
b.  Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi
anak – anaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya
sampai mereka menjadi dewasa. 5

c.  Mereka selalu berdialog dengan anak–anaknya, saling
memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan–
keluhan dan pendapat anak – anaknya.
d.  Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya
kepada anak, mendorong anak saling membantu dan
bertindak secara tegas tetapi hangat dan penuh pengertian.
c)  Menurut Hurlock (1976) pola asuh demokratis ditandai dengan
ciri - ciri:
a.  Bahwa anak – anak diberi kesempatan untuk mandiri dan
mengembangkan kontrol internalnya.
b.  Anak diakui keberadaannya oleh orang tua
c.  Anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan
d)  Sutari Imam Barnadib (1986) mengatakan bahwa :
a.  Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan
perkembangan anak.
b.  Dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran
tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan – keluhan anak
berkaitan dengan persoalan – persoalannya.
e)  Pola asuh demokratis seperti dikemukakan oleh Bowerman Elder
dan Elder (1975) memungkinkan semua keputusan merupakan
keputusan anak dan orang tua.
2.  Pola asuh Otoriter :
a)  Menurut Stewart dan Koch (1983), orang tua yang menerapkan
pola otoriter mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Kaku
b. Tegas
c.  Suka menghukum
d. Kurang ada kasih sayang 
e. Orang tua memaksa anak – anaknya untuk patuh pada nilai –
nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku  sesuai
dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan
anak. 6

f.  Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan kepada
anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian.
g. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak
dewasa.
b)  Dalam penelitian Walters (1976), ditemukan bahwa orang yang
otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik.
c)  Sementara itu, menurut Sutari Imam Barnadip (1986) dikatakan
bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak  anaknya
untuk mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan–
perasaannya.
d)  Sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah (1964) orang tua
adalah:
a.  Orang tua amat berkuasa terhadap anak
b.  Memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak
patuh pada perintah – perintah orang tua.
c.  Dengan berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol
dengan ketat.
3.  Pola asuh permisif, memilki ciri – ciri apa yang disampaikan oleh
beberapa tokoh dibawah ini : 
a)  Stewart dan Koch ( 1983) menyatakan bahwa :
a.  Orang tua yang mempunyai pola asuh permisif cenderung
selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan
kontrol sama sekali
b.  Anak dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu
tanggung jawab, tetapi mempunyai hak yang sama seperti
orang dewasa,
c.  Anak diberi kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan
orang tua tidak banyak mengatur anaknya.
b)  Menurut Spock (1982) orang tua permisif memberikan  kepada
anak untuk berbuat semaunya dan lemah sekali dalam
melaksanakan disiplin pada anak. 7

c)  Hurlock (1976) mengatakan bahwa pola asuh permisif
mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a.  Adanya pengawasan yang kurang
b.  Orang tua bersikap longgar atau bebas
c.  Bimbingan terhadap anak kurang 
d)   Sementara itu, Bowerman Elder dan Elder (1975) mengatakan
ciri pola asuh ini adalah semua keputusan lebh banyak dibuat
oleh anak daripada orang tuanya.
e)  Sutari Imam Barnadip (1986) menyatakan bahwa orang tua yang
permisif yaitu :
a.  Kurang tegas dalam menerapkan peraturan – peraturan yang
ada, 
b.  Anak diberikan kesempatan sebebas – bebasnya utuk berbuat
dan memenuhi keinginannya (Muazar, 2008). 
4.  Pola asuh penelantar 
Pola asuh penelantar menurut Baumrind (1967)  adalah orang
tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat
minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga  kadangkala
biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk  dalam tipe
ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang
depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan
perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya (Ira, 2006).
2.1.2  Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua menurut Baumrind, 1967
(dikutip oleh Ira, 2006) adalah:
1.  Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak
yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik
dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap
hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain. 
Dampak pola asuh ini terhadap perkembangan adalah :
a)  lebih bertanggung jawab dan mampu mengontrol dirinya
b)  lebih percaya diri 8

c)  lebih bersahabat, adaptif, dan periang
d)  lebih termotivasi untuk berprestasi
e)  jarang mengalami stres
2.  Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik  anak yang
penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. 
Dampak pola asuh ini terhadap perkembangan adalah:
a)  menjadi pribadi yang selalu tergantung pada orang lain, pasif
b)  sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak ramah, kasar
c)  kurang rasa ingin tahu
d)  penakut
e)  rentan terhadap stress
3.  Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri,
kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. 
Dampak pola asuh ini terhadap perkembangan adalah:
a)  menjadi tidak matang, emosi mudah berubah, dan kurang
bertanggung jawab
b)  kurang percaya diri
c)  kurang motivasi untuk berprestasi
d)  pemberontak
e)  manja dan ingin mendominasi
4.  Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak
yang  agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga
diri yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman. 
Dampak pola asuh ini terhadap perkembangan adalah:
a)  mudah terjerat pergaulan yang salah
b)  tidak matang dan tidak bertanggung jawab
c)  kurang percaya diri
d)  agresi, tidak menurut, dan impulsif
e)  kurang termotivasi untuk berprestasi
 9

2.1.3  Faktor – faktor yang mempengaruhi pola asuh :
Setiap orang mempunyai sejarah sendiri – sendiri dan latar belakang
yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini  sangat
memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak.
Menurut Maccoby & Mc loby ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua yaitu:
1.  Sosial ekonomi
Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial
atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun  anak dengan
lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya  rendah
cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali
karena terkendala oleh status ekonomi. 
2.  Pendidikan
 Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat
mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal
kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua
kepada anaknya.
3.  Nilai-nilai agama yang dianut orang tua
Nilai – nilai agama juga menjadi salah satu hal yang penting
yang ditanamkan orang tua pada anak dalam pengasuhan yang
mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan
didalamnya. 
4.  Kepribadian
Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan
membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak (Riyanto,
2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang
menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya
anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem 10

pendidikan. Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang
kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat belajar
yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan terus akan menjadi
masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
5.  Jumlah anak
Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola
asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam
keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu
menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena
perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak
yang lainnya (Okta Sofia, 2009).

2.2  Pertumbuhan dan Perkembangan
2.2.1  Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagaian atau seluruhnya karena adanya
multifikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah
besarnya sel. Andanya mulifikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada
hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur
dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2002). Jadi lebih ditekankan pada
pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih
matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat  badan, tinggi
badan, dan lingkar kepala (Nursalam, dkk, 2005).
1.  Alat pengukuran pertumbuhan.
pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia jenis
parameter antropometri :
a.  Umur
b.  Berat badan
c.  Lingkar lengan atas
d.  Lingkar kepala
e.  Lingkar dada 11

f.  Jaringan Lunak
2.  Beberapa indeks antropometri
a.  BB/U (berat badan terhadap umur)
b.  TB/U (tinggi badan terhadap umur)
c.  BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan)
d.  Lila/U (lingkar lengan atas terhadap umur)
e.  Indeks masa tubuh (IMT)
f.  Tebal lemak bawa kulit menurut umur
g.  Rasio lingkar pinggang dan panggul
3.  Interprestasi :
a.  Gemuk: >2 SD / gizi baik
b.  Normal: -2 SD s/d 2 SD / gizi baik
c.  Kurus: < -2 SD s/d -3 SD / gizi kurang
d.  Kurus sekali: < -3 SD / gizi buruk
(Direktorat gizi masyarakat 2002)
4.  Karakteristik fisik (Betz, 2002)
Usia 0-6 bulan
a.  Berat badan
a)  Berat badan akan menjadi dua kali lipat pada usia 6 bulan.
b)  Berat badan bayi bertambah kira-kira 0,6 kg perbulan.
b.  Panjang badan
a)  Panjang badan rata-rata saat berumur 6 bulan adalah 65 cm.
b)  Panjang badan meningkat dengan 2.5 cm per tahun
c.  Lingkar kepala
a)  Linkar kepala mencapai 42,5 pada usia 6 bulan
b)  Lingkar kepala meningkat 1,25 cm per bulan
Usia 6 sampai 12 bulan
a.  Berat badan
a)  Berat badan menjadi tiga kali lipat usia satu tahun.
b)  Perkiraan berat badan pada usia 1 tahun adalah 10 kg.
c)  Bayi menambah berat badannya 0,45 kg per bulan.
 12

b.  Panjang badan
a)  bagian tubuh yang mengalami pertumbuha terpesat ialah badan.
b)  Bayi bertumbuh 1,25 cm per bulan.
c)  Panjang badan total meningkat 50% pada usia 1 tahun.
c.  Lingkar kepala
a)  Lingkar kepala meningkat 0,6 cm per bulan.
b)  Lingkar kepala pada usia 1 tahun adalah 50 cm.
Usia 1 sampai 3 tahun
a.  Berat badan 
a)  Toddler menambah berat badan sebanyak 2,2 kg pertahun
b)  Penambah berat badan menurun secara seimbang.
b.  Tinggi badan
a)  Tinggi badan meningkat kira-kira 7,5 cm per tahun.
b)  Proporsi tubuh berubah lengan dan kaki tumbuh dengan laju
yang cepat dari pada kepala dan badan.
c)  Lordosis lumbar pada medulla spinalis kurang terlihat.
d)  Tubuh toddler tidak begitu gemuk dan pendek.
e)  Tungkai mempunyai tampilan yang bengkok
c.  Lingkar kepala
a)  Fontanel enterior menutup pada usia 15 bulan.
b)  Lingkar kepala meningkat 2,5 cm per tahun.
d.  Gigi molar pertama dan kedua serta gigi taring mulai muncul.
2.2.2  Perkembangan 
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat di ramalkan, sebagai dari hasil proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,
termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya (soetjiningsih, 1995). 13

Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompah
darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan batita untuk
tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda-benda
disekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial  batita, sehingga
perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia (nursalam
dkk, 2005).
1)  Alat pengukur perkembangan
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan batita, tes ini bukanlah
tes diagnostic dan tes IQ. Pada umumnya pada waktu  tes, tugas yang
perlu diperiksa disetiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas
saja. Sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit
saja.
Semua tugas perkembangan itu disunsun berdasarkan urutan
perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor
perkembangan, yang meliputi :
a.  Personal sosial (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dalam lingkungan
b.  Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan batita untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bigian-
bigian tubuh tertentu dan lakukan otot-otot kecil, tetapi melakukan
koordinasi yang cermat.
c.  Language (bahasa)
Melakukan untuk memberikan respons terhadap, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d.  Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak
persegi panjang horizontal yang berurutan menurut umur, dalam
lembar DDST. 14

2)  Perkembangan gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, dan
bicara (soetjiningsih, 1995)
Usia 0 sampai 3 bulan
a)  Belajar mengangkat kepala
b)  Belajar mengikuti obyek dengan matanya
c)  Melihat kemuka dengan orang tersenyum
d)  Bereaksi terhadap suara satu bunyi
e)  Mengenal ibunya dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran
dan kontak
f)  Menahan barang yang dipegangnya
Usia 3 sampai 6 bulan
a)  Mengangkat kepala 90 derajat atau mengangkat dada dengan
menopang tangan 
b)  Mulai belajar merai benda- benda yang ada dalam jangkauannya
atau diluar jangkauannya
c)  Menaruh benda-benda di mulutnya
d)  Berusaha memperluas lapangan pandangan
e)  Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
f)  Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
Usia 6 sampai 9 bulan
a)  Dapat duduk tanpa dibantu
b)  Dapat tengkurap dan terbalik sendiri
c)  Dapat merangkak merai benda atau mendekati seseorang
d)  Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
e)  Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f)  Bergembira dengan melempar benda-benda
g)  Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
h)  Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang
asing/lain.
i)  Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian
 15

Usia 9 sampai 12 bulan
a)  Dapat berjalan dengan dituntun
b)  Menirukan suara 
c)  Mengulang bunyi yang didengarnya
d)  Belajar menyatakan satu atau dua kata
e)  Mengerti perintah sederhana atau larangan
f)  Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi
sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-
benda kemulutnya.
g)  Berpartisipasi dalam permainan
Usia 12 sampai 18 bulan
a)  Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah.
b)  Menyusun 2 atau 3 sendok
c)  Dapat mengatakan 5 sampai 10 kata
d)  Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Usia 18 sampai 24 bulan
a)  Naik turun tangga
b)  Menyusun 6 kotak
c)  Menunjuk mata dan hidungnya
d)   Menyusun dua kata
e)  Belajar makan sendiri
f)  Menggambar dikertas atau dipasir
g)  Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
h)  Menaruh minat kepada apa yang dipekerjakan oleh orang-orang
yang lebih besar
i)  Memperlihatkan minat kepada batita lain dan bermain-main
dengan mereka.
2.2.3  Pola pertumbuhan dan perkembangan
Merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan
perkembangan pada batita, baik terjadi percepatan maupun perlabatan
yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ yang lain. 16

Dalam peristiwa tersebut dapat mengalami beberapa pola pertumbuhan
dan perkembangan pada batita diantaranya (Alimul, 2005):
1.  Pola pertumbuhan fisik yang terarah
Pada pola ini terdapat 2 prinsip atau hukum perkembangan yaitu prinsip
cephalo caudal dan prinsip proximodistal (wong, 1995). 
a.  cephalo  caudal atau  head to tail direction (dari arah kepala
kemudian ke kaki). Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai
dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang
lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk
menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan
dilanjutkan kebagian ekstremitas bawah lengan, tangan dan kaki. Hal
tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang tanpak pada pertumbuhan prenatal  yaitu pada
janin saat bayi yang dilahirkan pada bagian kepala atau alat yang ada
dikepala tanpak lebih mantang lebih dahulu.
b.  Proximodistal atau  near to far direction (wong, 1995). Pola ini
dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat
dengan pusat/ sumbu tenaga, kemudian baru menggerakkan anggota
gerak yang lebih jauh atau kearah bagian tepi seperti menggerakkan
bahu dahulu kemudian baru jari-jari. hal tersebut juga dapat dilihat
pada perkembangan berbagai organ yang ada ditenga sepeti jantung,
paru, pencernaan dan yang lain akan lebih dahulu mencapai
kematangan dari pada orang yang berada ditepi seperti pada bagian
ekstremitas.
2.  Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola ini dikenal dengan pola  mass to specific atau  to complex
(wong, 1995). Pola pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dimulai
dengan menggerakkan daera yang lebih umum (sederhana) dahulu baru
kemudian daerah yang lebih komplek (khusus), sepeeti melambaikan
tangan kemudian baru memainkan jarinya atau menggerakkan lengan
atas, bawa telapak tangan sebelum menggerakkan jari tangan, akan 17

menggerakkan badan atau tubuhnya sebelum menggunakan kedua
tungkainya untuk menyangga, melangkakan dan atau mampu berjalan.
3.  Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan 
Pola ini mencerminkan pola khusus dalam setiap tahapan
perkembangan, yang dapat digunakan mendeteksi perkembnagan
selanjutnya, seperti seorang batita pada umur 4 tahun mengalami
kesulitan dalam berbicara mengemukakan sesuatu atau terbatas dalam
perbendaharaan kata, maka dapat diramalkan akan mengalami
kelambatan pada seluruh aspek perkembangan. Pada pola ini tahapan
perkembangan dibagi menjadi 5 bagian yang tentunya memiliki prinsip
atau ciri khusus dalam setiap perkembangannya diantaranya :
a.  Masa pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan
jaringan tubuh
b.  Masa neonates, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan diluar
rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan 
c.  Masa bayi terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhi dan memiliki kemampuan untuk melindungi dan
menghindari dari hal yang mengancam dirinya
d.  Masa batita, terjadi perkembangan yang cepat dalam  aspek sifat,
sikap, minat, dan cara penyesuaian dengan lingkungan dalam hal ini
keluarga dan teman sebaya
e.  Masa remaja akan terjadi perubahan kearah dewasa sehingga
kematangan pada tanda-tanda pubertas (Gunarsa, 1997)
4.  Pola perkembangan dipengaruhi kematangan dan latihan (belajar)
Proses kematangan dan belajar pada pola ini selalu mempengaruhi
perubahan dalam perkembangan batita, antara kematangan dan proses
belajar terjadi interaksi yang kuat dalam mempengaruhi perkembangan
batita. Terdapat saat yang siap utnuk menerima sesuatu dari luar untuk
mencapai proses kematangan dan kematangan yang dicapainya dapat
disempurnakan melalui rangsangan yang cepat. Masa itulah dikatan
sebagai masa kritis yang harus dirangsang agar mengalami pencapaian,
perkembangan selanjutnya, melalui proses belajar (Gunarsa, 1997). 18

2.2.4  Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang (Nursalam, dkk, 2005)
Tumbuh kembang seorang batita secara optimal dipengaruhi oleh
hasil interaksi antara faktor genetic, herediter dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang
positif bagi tumbuh kembang batita, maka diperlukan pemenuhan atas
kebutuhan dasar tertentu. Menurut soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar
ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah.
1.  Asuh (kebutuhan fisik – biomedis)
Yang termasuk kebutuhan asuh :
a.  Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi yang secara mencukupi pada batita harus
sudah dimulai sejak dalam kandungan yaitu dengan pemberian nutrisi
yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan
pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai bayi
berumur 4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan, sudah waktunya bayi
diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping  ASI.
Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan
makanan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai
maningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat,
terutama pertumbuhan otak.
b.  Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai keadaan kesehatan batita yang optimal
diperlukan beberapa upaya, misalnya imunisasi, control ke
Pukesmas/Posyandu secara berkala, diperiksakan segera bila sakit.
Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan batita dapat dipantau secara
dini, sehingga bila ada kelainan maka batita segera mendapatkan
penanganan yang benar.
c.  Pakaian 
Batita perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman
dipakai. Karena aktifitas batita lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat
dari bahan yang menyerap keringat. 19

d.  Perumahan
Dengan meberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut
membantu batita untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Tempat tinggal yang layak bukan berarti rumah yang berukuran besar,
tetapi bagaiman upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup
ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapiannya, tanpa
memperdulikan beberapun ukurannya.
e.  Higiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah
mengurangi resiko tertularnya berbagai penyakit infeksi selain itu,
lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada batita
untuk melakuakn aktivitas bermain secara aman.
f.  Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)
Aktifitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih
kekuatan otot- otot tubuh dan membuang sisa metabolisme, selain itu
juga membantu meningkatkan motorik batita dan aspek perkembangan
lainnya. Aktifitas olahraga dan rekreasi bagi batita merupakan aktivitas
bermain yang menyenangkan.
2.  Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulia sedini
mungkin. Bahkan, sejak batita berada dalam kandungan, perlu di
upayakan kontak psikologis antara ibu dan batita, misalnya, dengan
mengajak berbicara dan mengelusnya. Setelah lahir, upaya tersebut dapat
dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu setelah lahir. Ikatan
emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu atau orang tua dengan batita
sangatlah penting karena berguna untuk menentukan prilaku batita
dikemudian hari, merangsang perkembangan otak batita terhadap dunia
luar. Oleh karena itu kebutuhan asih ini meliputi :
a.  Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing
batita dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang bukan berarti
memanjakan atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua 20

menciptakan suatu hubungan dengan batita, sehingga  batita merasa
nyaman dan tenang.
b.  Rasa aman
Rasa interaksi yang harmonis antara orang tua dan batita akan
memberikan rasa aman bagi batita untuk melakukan aktivitas sehari–
harinya.
c.  Harga diri
Setiap batita ingin diakui keberadaan dan keinginannya.
Apabila batita diacuhkan hal ini akan menyebabkan frustasi.
d.  Dukungan/dorongan
Dalam melakukan aktivitas, batita perlu memperoleh dukungan
dari lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang
akan dilakukannya, maka hal tersebut akan menyebabkan batita ragu-
ragu dalam setiap melakukan aktivitasnya. Selain itu orang tua
memberikan dukungan agar batita dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.
e.  Mandiri
Agar batita menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal
batita harus dilatih untuk tidak tergantung pada lingkungannya. Dalam
melatih batita untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan
kemampuan dan perkembangan batita.
f.  Rasa memiliki
Batita dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-
barang yang dipunyainya. Sehingga batita tersebut mempunyai rasa
tanggung jawab untuk memelihara barangnya.
g.  Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman
Batita diberikan rasa kesempatan untuk berkembang sesuai
dengan kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak ada tempatnya
jika orang tua memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh batita
tanpa memperhatikan kemauan batita.

 21

3.  Asah (kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah adanya rangsangan dari lingkungan  luar batita,
yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang
amat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan batita. Batita yang
banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan batita yang kurang mendapatkan  stimulasi.
Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa prenatal, dan
setelah lahir dengan cara meletakkan bayi kepada ibunya sedini mungkin.
Asah merupakan kebutuhan perkembangan mental psikososial batita
yang dapat dilakukan dengan panduan dan pelatihan.
2.2.5  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang (Nursalam,
dkk, 2005)
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara batita
yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002),
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1)  Faktor dalam (internal)
a.  Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
dan  kematangan tulang, alat seksual, serta saraf,  sehingga
merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang, yaitu :
a)  Perbedaan ras, etnis atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa berbeda dengan orang
Indonesia atau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh
tiap orang berlainan
b)  Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk
atau perawakan pendek.

 22

c)  Umur 
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan
tahapan yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan
dengan masa lainya.
d)  Jenis kelamin
Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu
dibandingkan dengan laki-laki.
e)  Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
sindroma down
b.  Pengaruh hormon
Pengaruh hormone sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu
saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormone yang berpengaruh terutama adalah hormone
pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang,
gigi dan otak.
2)  Faktor eksternal
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu prenatal, kelahiran dan pasca natal.
a.  Faktor prenatal (selama kehamilan), meliputi:
a)  Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin, terutama trimester akhir kehamilan.
b)  Mekanis. Posisi janin yang apnormal dalan kandungan dapat
menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot
c)  Toksin, zat kimia, radiasi
d)  Kelainan endrokin
e)  Infeksi torch atau penyakit menular seksual
f)  Kelainan imonologi
g)  Psikologi ibu
 23

b.  Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps
dapat menyebabkan terutama kepala pada bayi sehingga beresiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.
c.  Faktor pascanatal
Seperti halnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang batita adalah gizi, penyakit
kronis/kelainan congenital, lingkungan fisik dan kimia,
psikologi, endokrin, sosial ekonomi, lingkungan pengasuhan,
stimulasi dan obat-obatan.
2.2.6  Pencapaian pertumbuh dan perkembang secara normal pada masa batita
(1-3 tahun) 
Pada masa ini, pertumbuhan fisik batita relative lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan  motoriknya
berjalan lebih cepat. Batita sering mengalami penurunan nafsu makan
sehingga tampak langsing dan berotot, dan batita mulai belajar berjalan.
Pada mulanya, batita berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia 16 bulan batita mulai belajar berlari dan
menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu batita perlu
diawasi karena dalam beraktifitas batita tidak memperhatikan bahaya. 
Perhatian batita terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding
masa sebelumnya dimana lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Batita lebih banyak menyelidiki benda disekitarnya dan meniru apa yang
diperbuat oleh orang lain. Ia mungkin akan mengaduk-aduk tempat
sampah, laci atau lemari pakaian, membongkar mainan dan lain-lain.
Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan ditempat yang
lebih aman.
Pada masa ini batita bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat
keangkuhan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap
sebagi miliknya. Apabila batita menginginkan mainan kepunyaan
temannya sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya. Teman
dianggap benda mati yang dapat dipukul dicubit atau ditarik rambutnya 24

apabila menjengkelkan hatinya. Batita juga kadang-kadang berprilaku
menolak apa saja yang akan dilakuakn terhadap dirinya (self defense)
misalnya menolak memakai baju yang sudah disediakan orang tuanya
dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya. 
Menurut teori erikson batita berada pada fase mandiri vs malu atau
ragu-ragu (otonomi vs doubt). Hal ini terlihat dengan berkembangnya
kemampuan batita yaitu dengan belajar untuk makan atau berpakaian
sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya batita untuk belajar
mandiri maka hal ini akan menimbulkan rasa malu atau ragu akan
kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu memanjakan batita dan
mencela aktifitas yang dilakukan oleh batita. Pada masa ini sudah sampai
waktunya batita dilatih untuk buang air besar atau  buang air pada
tempatnya (toilet training). Batita juga dapat menunjuk beberapa bagaian
tubuhnya, menyusun 2 kata dan mengulang kata-kata baru. 
Pada masa ini, batita perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih
sayang, tetapi juga tegas sehingga batita tidak mengalami kebingungan.
Jika orang tua mengenal kebutuhan batita maka batita akan
berkembangan perasaan otonominya sehingga batita dapat
mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar